Permusuhan antara Barcelona dan Real Madrid
bermula pada masa Franco. Siapa Franco ini? Dia adalah seorang Jenderal yang
menjadi penguasa diktator di Spanyol pada tahun 1930-an. Barcelona, sampai
sekarang, adalah ibukota dari Provinsi Catalonia, yang
sebagian besar penduduknya adalah dari suku bangsa Catalan dan Basque. Sejak
dulu, orang-orang Catalonia ini menganggap diri mereka bukan bagian dari
Spanyol, dan merupakan bangsa yang berada di bawah penjajahan Spanyol.
Franco melarang
penggunaan bendera dan bahasa daerah Catalan. FC Barcelona kemudian menjadi
satu-satunya tempat dimana sekumpulan besar orang dapat berkumpul dan berbicara
dalam bahasa daerah mereka. Warna biru dan merah marun Barcelona menjadi
pengganti yang mudah dipahami dari warna merah dan kuning (bendera) Catalonia.
Barcelona
kalah dan gawang mereka kemasukan 11 gol dari Real Madrid. Sebagai bentuk
protes, Barcelona bermain serius dalam 1 serangan dan mencetak 1 gol. Skor
akhir 11-1, dan 1 gol itu membuat Franco kesal. Kiper Barcelona kemudian
dijatuhi tuduhan apengaturan pertandingan dan dilarang untuk bermain sepakbola
lagi seumur hidupnya.
Sejak saat
itu FC Barcelona menjadi semacam klub anti-franco dan menjadi simbol perlawanan
Catalonia terhadap Franco, dan secara umum, terhadap Spanyol. Ada juga
klub-klub lain di Catalonia seperti Athletic Bilbao dan Espanyol. Athletic
Bilbao sampai saat ini tetap pada idealismenya untuk hanya merekrut
pemain-pemain asli Basque, tetapi dari segi prestasi tidak sementereng
Barcelona.
Demikian juga dengan Espanyol. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota Spanyol, FC Real Madrid. Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!.
Demikian juga dengan Espanyol. Sementara yang dijadikan simbol musuh, tentu saja, adalah klub kesayangan Franco yang bermarkas di ibukota Spanyol, FC Real Madrid. Sebagai sebuah simbol perlawanan, kultur dan karakter Barcelona kemudian terbentuk dengan sendirinya. Siapapun pelatihnya, dan gaya apapun yang dipakai, karakternya hanya satu: Menyerang!.
Sebagai penyerang, Barcelona bermaksud untuk mendobrak dominasi Real Madrid (dan bagi orang Catalonia, mendobrak dominasi Spanyol). Untuk itulah Barcelona pantang bermain bertahan, karena itu adalah simbol ketakutan. Kalah atau menang adalah hal biasa. Tapi keberanian memegang karakter, itulah yang menjadi simbol perlawanan.
Pada tahun
50-an dan 60-an, Barca memang tertutup oleh kejayaan Real Madrid yang waktu itu
diperkuat Ferenc Puskas, Di Stefano, dsb. Sebagai anak emas Franco sejak tahun
1930-an, Real Madrid memang selalu memiliki sumber dana besar untuk belanja
pemain. Barcelona sendiri, pada 2 dasawarsa tersebut hanya bisa memenangi 4
kali liga spanyol, 2 kali piala raja, dan satu kali piala Inter City Honest
(yang kemudian menjadi UEFA Cup).
Pada tahun
1973, seorang pemain Belanda yang kelak menjadi salah satu legenda Barcelona,
Johan Cruyff, bergabung dari Ajax. Dalam pernyataan persnya ketika
diperkenalkan, Cruyff menyatakan bahwa ia lebih memilih Barcelona dibanding
Real Madrid karena ia tidak akan mau bermain di sebuah klub yang diasosiasikan
dengan Franco.
Bersama
kompatriotnya, Johan Neeskens, mereka langsung membawa Barcelona memenangi
gelar liga spanyol (setelah sebelumnya 14 tahun puasa gelar), dan dalam
prosesnya tahun itu sempat mengalahkan Real Madrid di kandang Madrid sendiri
dengan skor 5-0 (!).
Pada tahun
itu Johan Cruyff dinobatkan sebagai pesepakbola terbaik Eropa, dan memberi nama
anaknya dengan nama khas Catalan, yaitu Jordi. Statusnya sebagai legenda
menjadi abadi. Jordi Cruyff sendiri pada akhirnya tidak pernah bisa sebesar
ayahnya. Karir sepakbolanya lebih banyak dihabiskan di klub-klub medioker,
meski sempat beberapa tahun memperkuat Manchester United.
Selanjutnya,
permusuhan itu terus ada, meskipun tidak sesengit pada tahun-tahun awalnya,
sampai sekarang. Bisa dibilang, rivalitas saat ini sudah lebih sportif dan
berjalan dengan lebih sehat. Tapi permusuhan yang sejak dulu telah begitu
mengakar menjadikan duel diantara keduanya selalu menjanjikan sesuatu yang
spesial.
Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah panjang terbentang dibelakangnya.
Inilah mengapa duel antara Barcelona dengan Real Madrid yang terjadi setidaknya 2 kali setiap tahunnya (di liga Spanyol) disebut dengan el classico, karena memang menyajikan satu duel klasik dengan sejarah panjang terbentang dibelakangnya.
Baik pelatih
Real Madrid maupun pelatih Barcelona ketika menghadapi el classico akan merasa
seperti membawa sepasukan serdadu perang, bukan sebuah kesebelasan sepak bola,
karena begitu besarnya kehormatan yang dipertaruhkan.
Demikian
juga pertaruhan bagi pelatih, karena ketika dia diangkat sebagai pelatih seolah
sudah ada beban yang diberikan oleh klub: "Anda boleh kalah dari
siapa saja di liga ini, tapi JANGAN sampai kalah dari Real Madrid...!!
Meski begitu
di dalam lapangan, peperangan ini sepanjang sejarahnya selalu berlangsung
dalam sportifitas yang tinggi, karena sportifitas pun merupakan satu bentuk
kehormatan yang harus dijaga. Ini soal nama baik.
Transfer
pemain adalah salah satu bentuk perang di luar lapangan. Dalam hal ini,
perpindahan pemain dari Barcelona ke Real Madrid (maupun sebaliknya) akan
dianggap sebagai sebuah bentuk pengkhianatans Figo mungkin adalah salah seorang
yang paling mengerti mengenai hal ini.
Direkrut oleh Barcelona pada tahun 1996, pemain Portugal yang kala itu bukan siapa-siapaa tersebut kemudian menemui masa-masa jayanya. Barcelona memberinya peranan signifikan sebagai sayap kanan tim, dan bersama Rivaldo membawa Barcelona berjaya pada akhir tahun 1990an.
Direkrut oleh Barcelona pada tahun 1996, pemain Portugal yang kala itu bukan siapa-siapaa tersebut kemudian menemui masa-masa jayanya. Barcelona memberinya peranan signifikan sebagai sayap kanan tim, dan bersama Rivaldo membawa Barcelona berjaya pada akhir tahun 1990an.
Akan tetapi,
pada tahun 2001, dunia tersentak ketika Figo menerima tawaran Real Madrid
dengan iming-iming gaji dua kali lipat dan nilai transfer yang ketika itu
menjadi rekor pembelian termahal seorang pemain sepak bola.
Nilai itu melebihi batas klausul transfer Figo, sehingga Barcelona harus menerima tawaran tersebut berdasarkan aturan Bosman. Meski begitu, transfer itu tetap tidak akan terjadi seandainya Figo secara pribadi tidak menerima tawaran Real Madrid. Toh akhirnya Figo berkhianat.
Dalam duel el classico tahun berikutnya, ketika pertandingan dilangsungkan di Nou Camp (kandang Barcelona), Figo menerima sambutan monumental yang mungkin tidak akan dilupakannya seumur hidup.
Nilai itu melebihi batas klausul transfer Figo, sehingga Barcelona harus menerima tawaran tersebut berdasarkan aturan Bosman. Meski begitu, transfer itu tetap tidak akan terjadi seandainya Figo secara pribadi tidak menerima tawaran Real Madrid. Toh akhirnya Figo berkhianat.
Dalam duel el classico tahun berikutnya, ketika pertandingan dilangsungkan di Nou Camp (kandang Barcelona), Figo menerima sambutan monumental yang mungkin tidak akan dilupakannya seumur hidup.
Seorang
pendukung Barcelona di tengah-tengah pertandingan berhasil menerobos pagar
petugas keamanan, sambil memakai bendera Barcelona sebagai jubah, kemudian
berlari ke arah Figo membawa sebuah hadiah istimewa: sebuah kepala babi,
lengkap dengan sedikit darah masih menetes dari lehernya. Ia kemudian
melemparkan bendera Barcelona dan kepala babi itu ke arah Figo. Figo
sendiri hanya terdiam menunduk beberapa saat, lalu berjalan menjauh. Entah apa
yang ada dalam pikirannya saat itu, karena ia tahu kepala babi itu adalah
simbol keserakahan dan pengkhianatan.
Dalam hal prestasi, Real Madrid memang masih di atas Barcelona. Jarak prestasi itu terjadi terutama pada tahun 1950-1970an, ketika Real Madrid menjadi anak emas Franco dan memiliki kekuatan finansial jauh diatas Barcelona untuk membeli bintang-bintang sepakbola dari seluruh dunia dan tradisi itu masih berlanjut hingga sekarang. (El Clasico)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar